Menelaah Konflik Zona Abu-Abu (Greyzone Conflict) Di Laut China Selatan, Studi Kasus Bentrokan Patroli Maritim China Dan Philipina
Kata Kunci:
konflik abu-abu, greyzone conflict, China, Philipina, Laut China Selatan, Sengketa wilayah lautAbstrak
Konflik zona abu-abu di Laut Cina Selatan mencerminkan dinamika geopolitik yang kompleks dengan melibatkan strategi diplomasi, soft power, dan modernisasi militer oleh Cina untuk memperkuat pengaruhnya di kawasan. Meski upaya ini sering mendapat
kritik, Cina terus berupaya mempertahankan kepentingannya, termasuk melalui reformasi pertahanan dan penggunaan taktik paramiliter. Konflik ini memicu respons dari negara negara seperti Philipina, Vietnam, dan Malaysia, yang memperkuat kerja sama
multilateral maupun minilateral untuk menjaga stabilitas kawasan. Upaya ASEAN dan Cina untuk meredam ketegangan melalui Deklarasi Perilaku (DoC) dan Kode Etik (CoC) menunjukkan pentingnya diplomasi dalam penyelesaian konflik, meskipun
implementasinya masih menghadapi tantangan. Hubungan Philipina dan Cina, yang sering kali kontroversial, melibatkan pengaruh besar dari Amerika Serikat sebagai pemain utama dalam menjaga keseimbangan strategis di kawasan. Penelitian ini menyoroti pentingnya memahami konflik zona abu-abu sebagai pendekatan untuk mengelola sengketa tanpa eskalasi terbuka. Melalui analisis deskriptif kualitatif, penelitian ini mengeksplorasi faktor-faktor internal dan eksternal yang memengaruhi stabilitas kawasan maritim dan implikasinya terhadap lingkungan strategis negara-negara di Indo-Pasifik. Upaya dialog dan negosiasi yang melibatkan ASEAN, Cina, dan aktor global lainnya tetap menjadi kunci dalam menciptakan perdamaian dan stabilitas regional.
